Tuesday, 6 June 2017

Perkembangan Kehidupan Praaksara Di Indonesia



Perkembangan Kehidupan Praaksara di Indonesia 
 
1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
a. Kondisi Lingkungan Alam
      Kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan ini sangat sederhana. Kehidupan mereka tidak ubahnya seperti kelompok hewan karena bergantung pada apa yang disediakan oleh alam.
      Pada masa ini, manusia tinggal di alam terbuka seperti hutan, tepi sungai, gunung, goa, dan lembah-lembah.
b. Kehidupan Sosial
      Manusia Indonesia pada masa ini hidup secara berkelompok dan jumlahnya tidak terlalu banyak karena mereka hidup dari pemberian alam sekitar. Kehidupan mereka selalu berpindah-pindah dan mencari daerah baru yang dapat memberikan makanan yang cukup. Peranan sungai pada masa praaksara sangat penting . Pada umumnya mereka bergerak tidak terlalu jauh dari sungai, danau, atau sumber-sumber air lainnya. Hal itu dilatar belakangi karena binatang buruan selalu berkumpul ndi dekat sumber air, dan tanah di sekitar sungai biasanya adalah tanah subur yang ditanami tumbuhan.
c. Kehidupan Budaya
     Benda-benda hasil kebudayaan zaman berburu dan mengumpulkan makanan adalah sebagai berikut:

1﴿ Kapak Perimbas
Kapak perimbas tidak memiliki tangkai dan digunakan dengan cara digenggam. Penelitian terhadap kapak ini dilakukan di daerah Punung (Kabupaten Pacitan) oleh Ralphvon Koenigswald tahun 1935. Kapak perimbas tidak hanya ditemukan di Pacitan melainkan juga di tempat-tempat lain, seperti Suka bumi, Ciamis, Gombong, Bengkulu, Lahat (Sumatra Selatan), Bali, Flores, dan Timor. Para ahli sejarah mengambil suatu kesimpulan bahwa alat-alat itu berasal dari lapisan yang sama dengan ditemukannya fosil Pithecanthropus Erectus. Diperkirakan juga bahwa Pithecanthropus Erectus inilah pembuatnya.
2﴿ Kapak Penetak
     Kapak penetak ini bentuknya lebih besar daripada kapak perimbas dan cara pembuatannya masih kasar. Kapak ini berfungsi untuk membelah kayu, bambu, atau disesuaikan dengan kebutuhan. Kapak penetak ditemukan hampir ditemukan di seluruh wilayah Indonesia.
3﴿ Kapak Genggam
  Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan kapak perimbas dan kapak penetak. Akan tetapi, bentuknya lebih kecil. Kapak genggam dibuat masih sederhana dan belum diasah. Kapak ini juga ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Cara pemakaiannya digenggam pada ujung yang lebih kecil.
4﴿ Pahat Genggam
Pahat genggam memilki bentuk lebih kecil daripada kapak genggam. Para ahli menafsirkan bahwa pahat genggam mempunyai fungsi untuk menggemburkan tanah. Alat ini jiga digunakan untuk mencari umbi-umbian yang dapat dimakan.
5﴿ Alat Serpih
  Alat Serpih memiliki bentuk sangat sederhana. Berdasarkan bentuknya, alat serpih diduga digunakan sebagai pisau, gurdi, dan alat penusuk. Dengan alat ini, manusia purba mengupas, memotong, dan juga menggali makanan.
6﴿ Alat-alat dari tulang
Alat-alat dari tulang dibuat dari tulang-tulang binatang buruan. Alat-alat yang dibuat dari tulang-tulang binatang buruan. Alat-alat yang dibuat dari tulang antara lain, pisau, belati, mata tombak, dan mata panah. Alat-alat dari tulang ini hanya ditemukan di Ngandong dekat ngawi dan Sampung, Ponorogo.
d. Sistem Ekonomi Masyarakat
Dalam satu kelompok biasanya terdiri dari 10-15 orang. Dlam kehidupan masa ini sudah dikenal pembagian kerja antar laki-laki dan perempuan. Perburuan biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Kaum perempuan melakukan pekerjaan yang lebih ringan dan tidak berbahaya, misalnya mengumpulkan bahan makanan berupa umbi-umbian, buah-buahan, dan dedaunan. Selain itu, kaum perempuan juga bertugas mengurus dan memelihara anak-anak.
e. Sistem Kepercayaan Masyarakat
Penemuan kuburan dari masa berburu dan mengumpulkan makan menunjukan bahwa msyarakat pada masa itu sudah memiliki anggapan tertentu dan memberikan penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal.

2. Masa Bercocok Tanam
      Pada  tahap terakhir masa berburu dan bercocok tanam, manusia mulai tinggal lebih lama dan mereka sudah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan makanan dalam jumlah cukup sehingga tidak perlu mengembara.
a. Kondisi Lingkungan Alam
      Kemampuan berpikir manusia yang mulai berkembang, mengakibatkan munculnya kelompok-kelompok manusia menetap di suatu tempat. Dalam kehidupan menetap manusia mulai hidup dari hasil bercocok tanam dan berternak.
      Kehidupan bercocok tanam yang pertama kali dikenal manusis adalah berhuma. Berhuma adalah terknik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan untuk ditanami.
b. Kehidupan Sosial
      kehidupan sosial yang dilaksanakan terlihat jelas melalui cara bekerja dengan bergotong royong, diantaranya bekerja di sawah, meramban hutan, dan membangun rumah.
      Pola hidup menetap membuat hubungan sosial masyarakat terjalin dan terorganisir dengan lebih baik. Dalam perkumpulan masyarakat yang masih sederhana biasanya terdapat seorang pemimpin yang disebut kepala suku. Kepala suku merupakan orang yang sangat dipercaya dan ditaati untuk memimpin sebuah kelompok.
c. Kehidupan Ekonomi
      Pada masa bercocok tanam, kebutuhan hidup semakin bertambah. Masyarakat tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya sendiri.Oleh karena itu, mereka menjalin hubungan dengan masyarakat di luar daerah tempat tinggalnya. Misalnya, masyarakat pegungungan membutuhkan hasil yang diperoleh dari pantai dan masyarakat di daerah pantai membutuhkan hasil-hasil pegunungan. Dalam rangka memenuhi kebutuhannya diadakan pertukaran barang dengan sisterm barter.
d. Sistem Kepercayaan Masyarakat
      Di Indonesia, kepercayaan dan pemujaan kepada roh nenek moyang terlihat melalui peninggalan tugu-tugu batu dan bangunan Megalithikum. Hingga sekarang, kita masih dapat  melihat upacara-upacara tradisi Megalithikum dari beberapa suku bangsa di Indonesia, yaitu upacara tarik batu di tanah toraja.
      peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu, dan tulang. Hasil kebudayaan masyarakat pada masa bercocok tanam diantaranya Beliung persegi, kapak lonjong, mata panah, gerabah, dan perhiasan.

3. Masa Peeundagian
      Masa perundagian sering di di sebut  juga masa pertukaran ataumasa bercocok tanam di persawahan . Menurut  R.P soejono kata perumdagian berasal dari bahasa bali, yaityu undagi. Kata undagi  berarti seseorang atau sekelempok orang  yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu misalnnya, pembuatan gerabah , perhiasan kayu, sampan dan batu. Manusia praaksara yang hidup pada masa perundagian adalah ras Australomelanesoid dan mongoloid.
a.    Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Pada masa perundagian sudah di kenal teknik bercocok tanam secara lebih maju. Tahap kehidupan  perundagian atau bercocok tanam di persawahan merupakan tahap kehidupan bercocok tanam tingkat lanjut. Dalam masa perundagian, manusia purba sudah mulai hidup menetap dengan membentuk beberapa kelompok. Kelempok itu semakin bertambah sehingga terbentuk suku. Untuk mengatur kehidupan suku, rakyat memilih seseorang untuk di jadikan peminpin. Pada masa perundagian, perkampungan sudah lebih besar. Pada masa ini juga, sudah ada pembagian kerja yang jelas di seseuaikan dengan keahlian masinng-masing. Masyarakat juga telah membentuk aturan adat istiadat yang di lakukan secara turun menurun.
b.    Kehidupan Budaya
Pada masa perundagian atau masa bercocok tanam di persawahan ini sudah di kenal sebagai alat yang terbuat dari batu dan tulang. Dalam masa perundagian masyarakat memiliki kemahiran falam mengolah logam. Berbagai jenis alat yang di buat dari logam, seperti kapak perunggu, neraca perunggu, bejana perunggu, arca perunggu, perhiasan perunggu dan barang-barang dari besi.
1.     Neraca perunggu
Neraca perunggu bentuknya semacam genderang (sepeti dangdang yang tertulungkup), berpinggang pada bagian tengahmya, dan bagian atasnya tertutup. Bagi masyarakat praaksara, neraca di anggap sebagai sesuatu yang suci. Di Indonesia neraca hanya di pergunakan waktu upacara-upacara saja seperti memanngil arwah nene moyang dan di pakai sebagai alat pemanggil hujan. Daerah penemuan neraca di Indonesia antara lain,pulai Sumatra, pulau jawa, pulai bali, pulau Sumbawa, pulau sangean, pulai roti, pulau kei, dan pulai selayar. Neraca yang lebih kecil bentuknya di sebut moko. Moko di temukan di pulai alor fungsi moko selain benda pusaka juga di gunakan sebagai maskawin.
2.    Bejana Perunggu
Bejana perunggu bentuknya seperti periuk, tetapi langsing dan gepeeng, bejana perunggu di temukan di tepi danau kerinci ( Sumatra) dan Madura. Sampai sekarang fungsi bejana perunggu tidak di ketahui secara pasti. Hal itu karena penemuan bejana yang terbatas sehingga mempersulit penyelidikan tentang fungsi bejana dalam kehidupan masyarkat praaksara.
3.    Arca Perunggu
Seacar umum arca perunggu bentuknya kecil-kecil dan di lengkapi cincin pada bagian atasnya. Fungsi dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga mustahil arca perunggu kecil yang di pergunakan sebagai liontin/bandul kalung daerah penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Palembang (Sumatra selatan) limbang (bogor) dan bakinang (riau)
4.    Kapak Corong
Bentuk dari kapak corong bagian tajam nya tidak jauh berbeda dengan kapak batu, hanya bagian tangkainya berbentuk corong. Fungsi dari kapak corong sebagai alat pertanian dan membelah kayu.daerah penyebaran  kapak corong di Indonesia adalah Sumatra selatan, jawa, bali, pulai selayar dll.
5.    Perhiasan Perunggu
Jenis perhiasan dari perunggu yang di temukan sangat beragam bentuknya, yaitu kaung, cincin, dan sebagian dari perhiasan di temukan sebagai bekal kubur. Daerah penemuan perhiasab perunggu di Indonesia adalah bogor, malang dan bali.
6.    Manik-Manik
Penemuan manic manic yang berasal dari zaman perunggu sebagian besar sebagai bekal kubur sehingga memberikan corak istimewa pada jaman perunggu. Manik-manik di pakai sebagai alat perhiasan, alat tukar, dan alat upacara. Bahkan dasar manic-manik ada yang terbuat dari batu setengah permata (akik, kalsedon), kaca, kulit kerang, atau tanah liat yang di bakar

No comments:

Post a Comment