Perkembangan
Kehidupan Praaksara di Indonesia
1. Masa
Berburu dan Mengumpulkan Makanan
a. Kondisi Lingkungan Alam
Kehidupan masyarakat berburu dan
mengumpulkan makanan ini sangat sederhana. Kehidupan mereka tidak ubahnya
seperti kelompok hewan karena bergantung pada apa yang disediakan oleh alam.
Pada masa ini, manusia tinggal di alam
terbuka seperti hutan, tepi sungai, gunung, goa, dan lembah-lembah.
b. Kehidupan Sosial
Manusia Indonesia pada masa ini hidup
secara berkelompok dan jumlahnya tidak terlalu banyak karena mereka hidup dari
pemberian alam sekitar. Kehidupan mereka selalu berpindah-pindah dan mencari
daerah baru yang dapat memberikan makanan yang cukup. Peranan sungai pada masa
praaksara sangat penting . Pada umumnya mereka bergerak tidak terlalu jauh dari
sungai, danau, atau sumber-sumber air lainnya. Hal itu dilatar belakangi karena
binatang buruan selalu berkumpul ndi dekat sumber air, dan tanah di sekitar
sungai biasanya adalah tanah subur yang ditanami tumbuhan.
c. Kehidupan Budaya
Benda-benda
hasil kebudayaan zaman berburu dan mengumpulkan makanan adalah sebagai berikut:
1﴿ Kapak Perimbas
Kapak perimbas tidak memiliki tangkai dan
digunakan dengan cara digenggam. Penelitian terhadap kapak ini dilakukan di
daerah Punung (Kabupaten Pacitan) oleh Ralphvon Koenigswald tahun 1935. Kapak
perimbas tidak hanya ditemukan di Pacitan melainkan juga di tempat-tempat lain,
seperti Suka bumi, Ciamis, Gombong, Bengkulu, Lahat (Sumatra Selatan), Bali,
Flores, dan Timor. Para ahli sejarah mengambil suatu kesimpulan bahwa alat-alat
itu berasal dari lapisan yang sama dengan ditemukannya fosil Pithecanthropus
Erectus. Diperkirakan juga bahwa Pithecanthropus Erectus inilah pembuatnya.
2﴿
Kapak Penetak
Kapak
penetak ini bentuknya lebih besar daripada kapak perimbas dan cara pembuatannya
masih kasar. Kapak ini berfungsi untuk membelah kayu, bambu, atau disesuaikan
dengan kebutuhan. Kapak penetak ditemukan hampir ditemukan di seluruh wilayah
Indonesia.
3﴿
Kapak Genggam
Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan
kapak perimbas dan kapak penetak. Akan tetapi, bentuknya lebih kecil. Kapak
genggam dibuat masih sederhana dan belum diasah. Kapak ini juga ditemukan di
hampir seluruh wilayah Indonesia. Cara pemakaiannya digenggam pada ujung yang
lebih kecil.
4﴿
Pahat Genggam
Pahat genggam memilki bentuk lebih kecil
daripada kapak genggam. Para ahli menafsirkan bahwa pahat genggam mempunyai
fungsi untuk menggemburkan tanah. Alat ini jiga digunakan untuk mencari
umbi-umbian yang dapat dimakan.
5﴿
Alat Serpih
Alat
Serpih memiliki bentuk sangat sederhana. Berdasarkan bentuknya, alat serpih
diduga digunakan sebagai pisau, gurdi, dan alat penusuk. Dengan alat ini,
manusia purba mengupas, memotong, dan juga menggali makanan.
6﴿
Alat-alat dari tulang
Alat-alat dari tulang dibuat dari
tulang-tulang binatang buruan. Alat-alat yang dibuat dari tulang-tulang
binatang buruan. Alat-alat yang dibuat dari tulang antara lain, pisau, belati,
mata tombak, dan mata panah. Alat-alat dari tulang ini hanya ditemukan di
Ngandong dekat ngawi dan Sampung, Ponorogo.
d. Sistem Ekonomi Masyarakat
Dalam satu kelompok biasanya terdiri dari
10-15 orang. Dlam kehidupan masa ini sudah dikenal pembagian kerja antar
laki-laki dan perempuan. Perburuan biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Kaum
perempuan melakukan pekerjaan yang lebih ringan dan tidak berbahaya, misalnya
mengumpulkan bahan makanan berupa umbi-umbian, buah-buahan, dan dedaunan.
Selain itu, kaum perempuan juga bertugas mengurus dan memelihara anak-anak.
e. Sistem Kepercayaan Masyarakat
Penemuan kuburan dari masa berburu dan
mengumpulkan makan menunjukan bahwa msyarakat pada masa itu sudah memiliki
anggapan tertentu dan memberikan penghormatan terakhir kepada orang yang
meninggal.
2. Masa Bercocok Tanam
Pada
tahap terakhir masa berburu dan bercocok tanam, manusia mulai tinggal
lebih lama dan mereka sudah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan makanan
dalam jumlah cukup sehingga tidak perlu mengembara.
a. Kondisi
Lingkungan Alam
Kemampuan berpikir manusia yang mulai
berkembang, mengakibatkan munculnya kelompok-kelompok manusia menetap di suatu
tempat. Dalam kehidupan menetap manusia mulai hidup dari hasil bercocok tanam
dan berternak.
Kehidupan bercocok tanam yang pertama kali
dikenal manusis adalah berhuma. Berhuma adalah terknik bercocok tanam dengan
cara membersihkan hutan untuk ditanami.
b.
Kehidupan Sosial
kehidupan sosial yang dilaksanakan
terlihat jelas melalui cara bekerja dengan bergotong royong, diantaranya
bekerja di sawah, meramban hutan, dan membangun rumah.
Pola hidup menetap membuat hubungan sosial
masyarakat terjalin dan terorganisir dengan lebih baik. Dalam perkumpulan
masyarakat yang masih sederhana biasanya terdapat seorang pemimpin yang disebut
kepala suku. Kepala suku merupakan orang yang sangat dipercaya dan ditaati
untuk memimpin sebuah kelompok.
c.
Kehidupan Ekonomi
Pada masa bercocok tanam, kebutuhan hidup
semakin bertambah. Masyarakat tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya
sendiri.Oleh karena itu, mereka menjalin hubungan dengan masyarakat di luar daerah
tempat tinggalnya. Misalnya, masyarakat pegungungan membutuhkan hasil yang
diperoleh dari pantai dan masyarakat di daerah pantai membutuhkan hasil-hasil
pegunungan. Dalam rangka memenuhi kebutuhannya diadakan pertukaran barang
dengan sisterm barter.
d. Sistem
Kepercayaan Masyarakat
Di Indonesia, kepercayaan dan pemujaan
kepada roh nenek moyang terlihat melalui peninggalan tugu-tugu batu dan
bangunan Megalithikum. Hingga sekarang, kita masih dapat melihat upacara-upacara tradisi Megalithikum
dari beberapa suku bangsa di Indonesia, yaitu upacara tarik batu di tanah
toraja.
peninggalan
kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik
yang terbuat dari tanah liat, batu, dan tulang. Hasil kebudayaan masyarakat
pada masa bercocok tanam diantaranya Beliung persegi, kapak lonjong, mata
panah, gerabah, dan perhiasan.
3. Masa Peeundagian
Masa perundagian sering di di sebut juga masa pertukaran ataumasa bercocok tanam
di persawahan . Menurut R.P soejono kata
perumdagian berasal dari bahasa bali, yaityu undagi. Kata undagi berarti seseorang atau sekelempok orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan
jenis usaha tertentu misalnnya, pembuatan gerabah , perhiasan kayu, sampan dan
batu. Manusia praaksara yang hidup pada masa perundagian adalah ras
Australomelanesoid dan mongoloid.
a. Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Pada
masa perundagian sudah di kenal teknik bercocok tanam secara lebih maju. Tahap
kehidupan perundagian atau bercocok
tanam di persawahan merupakan tahap kehidupan bercocok tanam tingkat lanjut.
Dalam masa perundagian, manusia purba sudah mulai hidup menetap dengan
membentuk beberapa kelompok. Kelempok itu semakin bertambah sehingga terbentuk
suku. Untuk mengatur kehidupan suku, rakyat memilih seseorang untuk di jadikan
peminpin. Pada masa perundagian, perkampungan sudah lebih besar. Pada masa ini
juga, sudah ada pembagian kerja yang jelas di seseuaikan dengan keahlian
masinng-masing. Masyarakat juga telah membentuk aturan adat istiadat yang di
lakukan secara turun menurun.
b. Kehidupan Budaya
Pada
masa perundagian atau masa bercocok tanam di persawahan ini sudah di kenal
sebagai alat yang terbuat dari batu dan tulang. Dalam masa perundagian
masyarakat memiliki kemahiran falam mengolah logam. Berbagai jenis alat yang di
buat dari logam, seperti kapak perunggu, neraca perunggu, bejana perunggu, arca
perunggu, perhiasan perunggu dan barang-barang dari besi.
1. Neraca perunggu
Neraca perunggu bentuknya
semacam genderang (sepeti dangdang yang tertulungkup), berpinggang pada bagian
tengahmya, dan bagian atasnya tertutup. Bagi masyarakat praaksara, neraca di
anggap sebagai sesuatu yang suci. Di Indonesia neraca hanya di pergunakan waktu
upacara-upacara saja seperti memanngil arwah nene moyang dan di pakai sebagai
alat pemanggil hujan. Daerah penemuan neraca di Indonesia antara lain,pulai
Sumatra, pulau jawa, pulai bali, pulau Sumbawa, pulau sangean, pulai roti,
pulau kei, dan pulai selayar. Neraca yang lebih kecil bentuknya di sebut moko.
Moko di temukan di pulai alor fungsi moko selain benda pusaka juga di gunakan
sebagai maskawin.
2. Bejana Perunggu
Bejana perunggu bentuknya
seperti periuk, tetapi langsing dan gepeeng, bejana perunggu di temukan di tepi
danau kerinci ( Sumatra) dan Madura. Sampai sekarang fungsi bejana perunggu
tidak di ketahui secara pasti. Hal itu karena penemuan bejana yang terbatas
sehingga mempersulit penyelidikan tentang fungsi bejana dalam kehidupan
masyarkat praaksara.
3. Arca Perunggu
Seacar umum arca perunggu
bentuknya kecil-kecil dan di lengkapi cincin pada bagian atasnya. Fungsi dari
cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga mustahil
arca perunggu kecil yang di pergunakan sebagai liontin/bandul kalung daerah
penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Palembang (Sumatra selatan) limbang
(bogor) dan bakinang (riau)
4. Kapak Corong
Bentuk dari kapak corong bagian
tajam nya tidak jauh berbeda dengan kapak batu, hanya bagian tangkainya
berbentuk corong. Fungsi dari kapak corong sebagai alat pertanian dan membelah
kayu.daerah penyebaran kapak corong di
Indonesia adalah Sumatra selatan, jawa, bali, pulai selayar dll.
5. Perhiasan Perunggu
Jenis perhiasan dari perunggu
yang di temukan sangat beragam bentuknya, yaitu kaung, cincin, dan sebagian
dari perhiasan di temukan sebagai bekal kubur. Daerah penemuan perhiasab
perunggu di Indonesia adalah bogor, malang dan bali.
6. Manik-Manik
Penemuan manic manic yang berasal dari
zaman perunggu sebagian besar sebagai bekal kubur sehingga memberikan corak
istimewa pada jaman perunggu. Manik-manik di pakai sebagai alat perhiasan, alat
tukar, dan alat upacara. Bahkan dasar manic-manik ada yang terbuat dari batu
setengah permata (akik, kalsedon), kaca, kulit kerang, atau tanah liat yang di
bakar
No comments:
Post a Comment